Rabu, 11 Juni 2008

Dajjal itu Zionisme Berwajah Amerika

Setelah Iraq, Yahudi, melalui tangan Amerika Serikat akan terus mencari dalih dengan berbagai tuduhan licik untuk mengembangkan wilayahnya jajahannya ke negeri-negeri muslim. Artikel ini, masih relevan untuk saat ini Empat tahun lalu, penyair Taufiq Ismail pernah gundah. Dalam puisi berjudul "Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis" penyair kawakan ini mengeluh atas kekejaman negara maju seperti Amerika, Inggris dan Jepang. Negara-negara itu `menjajah' Indonesia berkedok globalisasi. Taufiq mungkin benar. Musuh besar yang sedang kita hadapi hari ini adalah penjajahan terselubung. Setelah 400 penjajahan fisik, mereka kemudian datang dengan kedok HAM, demokrasi, dan liberalisasi. Konspirator besar itu, tak lain adalah negera-negara Amerika Serikat (AS), Eropa dan Zionisme. Melalui IMF dan World Bank, AS berhasil mengendalikan Indonesia dengan hutang (per Januari 2002 hutang Indonesia menjadi Rp 1.401 trilyun). Akibatnya, kekayaan alam RI dengan mudah dan sangat kentara dikeruk oleh perusahaan-perusahaan AS. Sebut saja; tambang emas Busang, dan puluhan BUMN kita.


Lihatlah, betapa jahatnya AS ketika mengancam tidak akan mengucurkan dana IMF pada Indonesia sebelum Megawati menangkap aktifis militan Islam seperti Abu Bakar Baasyir atau Ja'far Umar Thalib. AS juga memaksa memasukkan 20 ribu ton paha ayam bekas (chicken leg quarter) ke pasar Indonesia —yang di AS sendiri tidak dikonsumsi. Bila tidak mau menerima paha `sampah', ekspor udang Indonesia ke AS akan ditolak. Untuk hal seperti ini, AS bahkan mengancam dengan sanksi ekonomi. Untuk mengukuhkan hegemoninya atas negara lain, AS menerapkan standar ganda. Bersama sekutunya, AS membentuk Persatuan Bangsa-bangsa (PBB). Dengan kekuasaannya yang besar di PBB yang dinamakan hak veto, AS, memperkuat legitimasi untuk kepentingan internasionalnya. Tidaklah heran bila AS dapat dengan mudah menggagalkan segala keputusan yang dianggap bertolak belakang dengan kepentingannya; tidak peduli sebaik apa pun keputusan tersebut. AS ingin agar dunia ikut dalam tatanan baru yang dinamakan `Pax Americana', di mana semua orang harus tunduk padanya. Simaklah ucapan Bush Oktober 2001 yang mengatakan, "Either you are with us, or you are with terrorist". (Anda ikut bersama kami, atau menjadi bagian dari teroris) adalah ucapan congkak orang yang ingin berkuasa di dunia. Dengan kebijakan "carrot and stick policy"nya, AS tidak segan-segan memberi imbalan. Sebaliknya, akan menghajar negara yang tidak taat padanya. Dengan standar gandanya itu, kepada dunia AS melakukan kampanye demokrasi —bahkan menyebut diri sebagai `the champion of democracy' (pemenang demokrasi)— namun seringkali justru menjadi pendukung utama kediktatoran, bahkan penjajahan. kepada dunia AS melakukan kampanye demokrasi —bahkan menyebut diri sebagai `the champion of democracy' (pemenang demokrasi)— namun seringkali justru menjadi pendukung utama kediktatoran, bahkan penjajahan.Pengamat politik, Riza Sihbudi, membeberkan banyak fakta kemunafikan AS dalam berpolitik. Bukti nyatanya, antara lain ketika AS (melalui militer) dengan seenaknya menggagalkan kemenangan partai FIS (Front Islamic du Salut) di Aljazair pada 1991. FIS dituduh akan memanfaatkan demokrasi untuk membangun `keditatoran agama'. "Padahal, alasan sesungguhnya ketakutan jenderal korup yang bakal kehilangan kekuasaan mereka; dan kekhawatiran klasik Barat terhadap revivalisme Islam," kata Riza. Bukti-bukti yang lain adalah serangan kepada Kolonel Khadafi di Libya (1986), serangan terhadap Khomaini dan Iran (1980), menyerang Irak (1991). Sesuai dengan laporan PBB (1992), apa yang dilakukan AS terhadap Irak dengan embargonya, telah mengakibatkan hampir 1,5 juta penduduk Irak dan balita menderita karena masalah kesehatan. Tapi di sisi lain, AS membiarkan Israel atas pembantaiannya di Palestina. Puluhan ribu warga Palestina tewas di tangan Israel. Anehnya AS diam saja. Koran dan media-media massa AS bahkan menyebut Israel sebagai negara yang menjadi korban `terorisme'. Karena terlalu munafik itulah, menurut Noam Chomsky, seorang profesor Linguistik dari Massachusset Institute of Technology (MIT), AS telah melahirkan banyak sikap anti Barat dan perlawanan terhadap AS. Kekecewaan atas penjajahan gaya AS tersebut kemudian melahirkan sikap permusuhan yang ujungnya memunculkan sikap ekstrimitas. Dengan geram, Noam Chomsky dalam bukunya Maling Teriak Maling: Amerika Sang Teoris?, menjuluki AS sebagai negara teroris yang sesungguhnya. "Dan serangan teroris AS tersebut jauh lebih dahsyat dan destruktif dibanding dengan WTC yang sekarang", tulisnya.

AS dan Zionisme Internasional
Bila AS diam saja terhadap ulah brutal Israel, karena negeri yang katanya adikuasa itu berada di ketiak kaum Yahudi. Semua tahu itu. Padahal Yahudi di AS jumlahnya hanya berkisar 6 juta atau 2,5 % dari populasi rakyat AS yang berjumlah 250 juta jiwa. Tapi memang mereka mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah AS, bahkan menyetir penguasa AS. Terutama menyangkut kepentingan Yahudi. Hampir semua pejabat, termasuk Presiden AS tidak berani menentangnya. Tidak heran bila untuk maju ke kursi presiden untuk kedua kalinya, Bill Clinton menunjukkan sikap baik dengan membela kepentingan Yahudi. "Saya akan memutuskan semua bentuk hubungan dagang dan investasi dengan Iran, serta membekuhkan hampir semua kegiatan ekonomi lain di antara dua negara," katanya menjelang pemilihan umum di depan peserta Kongres Yahudi se-dunia di New York, 30 April 1995. Yahudi di AS mempunyai organisasi yang sangat berpengaruh di Capitol Hill, Washington, namanya AIPAC (The American Israel Public Affairs Committee). Organisasi ini jaringannya luas, karenanya sangat berpengaruh dalam penetapan arah kebijakan AS, siapapun presiden dan pejabatnya. AIPAC atau sering dipanggil `The Lobby' mampu mengendalikan orang-orang kuat di pemerintahan AS. Misalnya; presiden dan semua staf, angkatan bersenjata, Pentagon, Gedung Putih, menteri luar negeri, dan departemen penting lainnya. Tidak hanya presiden dan anggota parlemen terpilih, tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menjadi calon presiden sudah dipengaruhi. Koran The New York Times (1987) pernah menyebut AIPAC sebagai basis kekuatan utama dalam menyusun kebijakan AS, terutama yang menyangkut masalah Timur Tengah. Jadi, harap maklum bila hampir semua kebijakan Israel yang merugikan Timur Tengah dan Islam, pemerintah AS sering bungkam. Kelompok kecil ini bahkan dikenal seenaknya mendikte --kalau perlu-- menjatuhkan seorang presiden AS jika dianggap merugikan misi Zinonisme. Sampai hari ini, `The Loby' memiliki anggota sekitar 60 ribu yang bekerja untuk kepentingan Zionis. Tidak ada satupun kebijakan AS tanpa melalui AIPAC hingga hari ini. Tidak heran di sebuah radio lokal Israel di Tel Avivi, 3 Oktober 1991, Ariel Sharon dengan lantang berteriak, Ariel Sharon dengan lantang berteriak: "...I want to tell you something very clear: Don't worry about American pressure on Israel. We, the Jewish people, control America, and the Americans know it"."...I want to tell you something very clear: Don't worry about American pressure on Israel. We, the Jewish people, control America, and the Americans know it". Bukti lebih nyata, lambang freemansonry dijadikan lambang mata uang dollar AS dengan mencantumkan gambar segitiga pyramid dan di tengahnya tercantum lukisan 'sebelah mata'. Logo mata uang AS ini serupa dengan lambang freemansonry yang simbolnya menggambarkan bintang David yang diapit dua pilar bertuliskan Iakin (kanan) dan Zahob (sebelah kiri). Di atas bintang David dan dua penyangga itulah segitiga bergambar 'sebelah mata' dikelilingi lingkaran. Simbol bergambar `sebelah mata' inilah yang bentuknya sama persis dengan logo mata uang AS. Kabarnya, gambar sebelah mata ini oleh ummat Islam diyakini sebagai simbol Dajjal. Cengkraman Yahudi terhadap AS itu sudah dirancang dengan matang 80 tahun lalu, tepatnya sejak ditemukan buku kecil berjudul, The Protocols of the learned elders of zion. "The Protocols" itu sebuah masterplan Zionisme Yahudi dalam mengendalikan dunia dengan cara-cara licik. Diantaranya, mengendalikan tatanan dunia baru melalui jalan ekonomi, politik, dan media massa. Untuk yang satu ini, kaum Yahudi --kalau perlu-- harus menyelewengkan ilmu pengetahuan. Dalam buku Dajjal—The AntiChrist (diterjemahkan ke Indonesia dengan judul Sistem Dajjal), seorang Inggris, Ahmad Thomson, menulis bahwa mantan Presiden Amerika Henry Ford di tahun 1921 mengakui adanya rencana licik gerakan Yahudi, yang tertuang dalam The Protocols of the learned elders of zion. Henry menyebut kemiripan dari rencana jahat The Protocols tersebut dengan apa yang terjadi dunia saat ini. Antara lain; adanya Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), sebagai usaha menciptakan tatanan dunia baru. Penciptaan ekonomi yang impoten dengan penerapan sistem bunga dan pajak yang melilit masyarakat, teori kekacauan dan propaganda cabul melalui media massa, menerapkan teori politik dan sosial yang menyesatkan di tengah masyarakat goyim (non-Yahudi) baik melalui perorangan, organisasi atau serikat olah raga. "Buku itu cocok dengan keadaan dunia saat ini," kata Henry seperti dikutip Thomson. Diantara kelicikan Zionis termasuk menyelewengkan ilmu pengetahuan sejarah dan peradaban. Salah satu teori utama dunia yang mengandung unsur penipuan dan penyesatan diantaranya lahirnya teori asal usul manusia yang dikenal dengan Teori Darwin. Teori ini menjelaskan bahwa asal usul manusia itu hewan kera, bukan Nabi Adam. Menurut Ahmad T. Thomson, tata cara pengendalian dunia cara Yahudi itu merupakan Dajjal seperti yang banyak diungkap al-Qur'an tentang tanda dan kehadirannya. "Tata cara pelaksanaan, proses produsen-konsumen dan tata cara sistem-sistem pendukung yang digunakan untuk mengendalikan dan memanipulasi masyarakat yang diperbudak sistem produsen-konsumen adalah bukti nyata bahwa pengambilalihan oleh Dajjal sebagai kekuatan ghaib sudah dan sedang berlaku. Kini sistem kafir, yaitu sistem Dajjal telah menjajah hampir semua negara di dunia, maka kedatangan si Dajjal sendiri tinggal masalah waktu saja".

Berkawan dengan Zionis
Jejak hubungan Yahudi dan Amerika dimulai bersamaan dengan perjalanan Christopher Columbus menemukan benua Amerika. Pada 2 Agustus 1492, diperkirakan lebih dari 300 ribu orang Yahudi diusir oleh orang-orang Spanyol. Suatu hari, di bulan yang sama, Columbus mengarungi lautan Barat. Secara kebetulan, beberapa orang Yahudi ikut bergabung dalam rombongan tersebut. Melihat kelompok pengungsi itu, membuat hati Columbus berubah menjadi simpati. Saat itulah pergaulannya dengan orang-orang Yahudi menjadi dekat. Orang Yahudi yang kemudian menjadi teman akrab dalam ekspedisi Columbus itu antara lain; Luis de Torres (juru bahasa); Marco, (ahli bedah); Bernal (ahli fisika); Alonzo de la Calle, dan Gabriel Sanchez. Luis de Torres adalah orang pertama yang ikut mendarat dalam ekpedisi yang kemudian menemukan manfaat tembakau. Dia kemudian mendiami Kuba dan menjadi `god father' Yahudi dalam menguasai bisnis raksasa tembakau hingga hari ini. Kontak pertama antara AS dan Eropa dengan Zionis dimulai tahun 1921 ketika Chaim Weizmann mengunjungi AS. Terutama saat hubungan Inggris dan Zionis memburuk tahun 1939. Dampak paling penting dari hubungan keduanya adalah lahirnya `Biltmore Program' tahun 1942 yang membiarkan kaum Zionis merampas tanah sah negara Palestina tahun 1948. Hubungan keduanya menjadi sangat `spesial' saat AS di bawah kendali pemerintahan Ronald Reagan di awal tahun 80-an. Dilanjutkan dengan kerjasama dalam perjanjian perdagangan bebas 1985 yang isinya, Israel ikut berpartisipasi dalam Prakarsa Keamanan Strategis (Star War Project). Boleh dikatakan, sejak itu pula, bantuan AS terus mengalir menuju Israel. Sekitar tahun 1949-1965 bantuan AS mencapai sekitar 63 juta USD. Tahun berikutnya meningkat menjadi 102 juta USD (periode 1966-1970). Tahun berikutnya (1971-1975) meningkat menjadi 1 milyar USD. Tahun 1976-1984 meningkat lagi menjadi 2,5 milyar USD. Menurut Sunshine Press Service, yang pernah melacak aliran dana ke sarang Capitol Hill, dana bantuan untuk Israel ternyata sudah berlangsung sejak tahun tahun 1949. Umumnya, bantuan AS kepada Yahudi berupa hibah tanpa ada ikatan apa-apa. Ini jauh berbeda dengan bantuan AS ke Philipina atau ke Indonesia, yang selalu pakai embel-embel. Walau tidak semua kaum Yahudi adalah penganut Zionis, namun bencana besar tengah mengancam peradaban kemanusiaan. Itu terjadi bila Zionisme —seperti yang bisa dirasakan hingga hari ini— terus berkonspirasi dengan AS. Bukanlah suatu yang mustahil bila suatu hari kelak, penganut Zionisme ini terus mengembangkan ambisinya seperti tertuang dalam Talmud yang berbunyi begini, "Tiap orang Yahudi wajib berusaha supaya kekuasaan di atas bumi menjadi miliknya, bukan menjadi milik orang lain". Yang lebih mengerikan, bila dua konspirator itu bergabung untuk menjalankan misi Protocol of Zion yang tertuang dalam pasal 11 yang isinya mengatakan begini, "Orang-orang Goyim (Non-Yahudi) ibarat segerombolan kambing, sedang kami seperti serigala-serigala". Apa jadinya bila serigala itu berkawan dengan raja hutan, lalu berdua memusuhi Islam.• (Penulis, wartawan Suara Hidayatullah) Diambil dari: Majalah Suara Hidayatullah, Edisi Khusus Milad Ke-14 Mei 2002.

sumber tulisan

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih atas informasi menarik

insidewinme mengatakan...

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

Unknown mengatakan...

Saya orang yang buta politik maupun agama. Bagi saya yang baik adalah prilaku hidup saya. Dan saya tidak berhak berkata ini yang baik dan itu yang buruk.

Unknown mengatakan...

Saya tetap salut bagi bangsa yang masih memegang kuat akan budayanya. Tidak seperti bangsa saya jawa yang tidak memiliki persatuan dan kesatuan hancurlah kita hidup saling memfitnah.